Resensi Buku: Assalamualaikum Beijing

Penggalan terakhir lagu Malaikat Juga Tahu-nya Dewi Dee  masih terdengar dari radio yang saya putar tadi sore, saat lembaran terakhir Assalamualaikum Beijingnya Asma Nadia selesai saya baca. kalau dijadiin film (bukan sinetron, ya) lagu ini pas banget jadi theme songnya.  

Buat saya,  ada semacam kerinduan, sudah lama ga baca novenya Asma Nadia. Terakhir yang saya baca itu Sakinah Bersamamu yang terbit tahun 2010. Wih sudah lama juga. Recomended banget buat dibaca. So, ini resensinya.

Judul Buku : Assamualaikum Beijing
Penulis : Asma Nadia
Penerbit : Noura Books,  Oktober 2013 (342 halaman + viii)
ISBN : 978-602-1606-15-5


Lihat cover Assalamualaikum Beijing ini ngingetin saya sama  buku Jilbab Traveler. Tadinya saya pikir  buku ini bakal bercerita tentang perjalanan seorang  muslimah yang sedang traveling di Cina, sana. Ternyata, Assalamualaikum Beijing ini bukan bercerita tentang kisah seorang traveler atau backpacker. Meski ada satu seting yang menceritakan perjalanan Asma, tokoh utama cerita ini yang berhasil menundukkan undakan demi undakan  Great Wall  yang panjang dan dipenuhi dengan banyak gembok cinta yang terpasang di dindingnya.

Dari Negeri Cina ini, adalah awal mula kisah manis  cerita  Asmara  yang keukeuh dipanggil Ra oleh Dewa, pemuda berambut gondrong tanggung,  yang hampir menikahi Ra.

Hampir? Iya, hampir. Entah  Dewa yang salah karena tidak berani menembus hujan atau tidak tega meninggalkan Anita?  Atau Ra  yang bersikeras tidak mau ikut menemani Dewa menghadiri acara kantornya Dewa?. Penyesalan terbesar daam hidup Dewa, yang  dengan terpaksa membatalkan pernikahannya dengan Ra. 

Cerita berlanjut dengan perjalanan Asma yang harus  menggantikan temannya  melakukan perjalanan Dinas ke Cina. Skenario  Tuhan yang manis,  mempertemukan Asma dengan Zhongwen, pemuda  berahang kukuh dan bermata cerdas menjadi awal cerita manis di antara keduanya. 

Asma yang  manis dan sederhana berhasil menyihir Zhongwen untuk mengenal Asma lebih banyak, dan mengantarnya lebih sering menyambangi Masjid Niujie, mengenal sosok Sahabat Mush' ab Bin Umair, sahabat Nabi saw yang rupawan dan rela melepas gemerlap dunia demi cinta barunya pada Islam.

Cinta? Ya, ternyata Zhongwen yang  sangat memuja kisah legenda Ashima dan Ahei tidak bisa melupakan perkenalan singkat dua harinya dengan Asma yang keukeuh dipanggilnya Ashima. Perkenalan mereka berlanjut sampai Asma kembali ke tanah air. Zhongwen yang rajin mengiriminya kartu pos, sekadar chating atau menyapanya dalam pesan singkat di ponsel. 

Jadi ini rindu atau cinta?
Cinta atau rindu?

Itu yang mengganggu Zhongwen ketika Ashimanya itu menghilang tanpa kabar dan membuat Zhongwen mengambil keputusan besar yang mengubah hidupnya. Di Indonesia, masih ada Dewa, yang juga  masih berusaha mencari celah untuk menautkan kembali jalinan hatinya dengan Ra, menyulut kemarahan dan kecemburuan Anita dan membuat Anita nekat nyaris bunuh diri. Padahal, sebenarnya, Ra juga sebenarnya masih mencintai Dewa, tapi juga penasaran dengan Zhongwen. 

Memang kenapa dengan Asma atau Ashima sampai menghilang dan membuat Zhongwen mengambil keputusan besar? Kenapa mesti ada kisah Mush'ab yang terlibat? Jadi siapa yang Asma pilih? Dewa atau Zhongwen?  

Renungan Asma  yang dalam menyikapi putaran kisah  yang dilaluinya,  gamangnya Dewa yang sulit melupakan Ra dan Zhongwen yang terpesona dengan  cerdasnya Asma yang tegar dan provokasi Sekar,  sahabat Asma yang tergila-gila dengan drama korea sering membuat saya tersenyum tapi lebih sering termehek-mehek dibuatnya.  Sukses membayar rasa kangen saya untuk membaca dialog renyah, ringan tapi tetap sarat dengan pesan yang mendalam khas Asma Nadia.  Nyaris di setiap bab, saya harus sering menenggelamkan muka dibalik buku, malu ketahuan nangis hehehe...  

Setelah membaca novel ini saya jadi penasaran membaca  cerita  legenda Ashima dan Ahei  saat salah satunya  memilih untuk setia ketika yang lain dikutuk menjadi patung atau Meng Jian Nv yang nekat menyelamatkan  Fan Xi-Liang dari proyek Great Wall yang memakan banyak korban, meski akhirnya terpisah lagi hanya beberapa jam setelah mereka menikah.

Seperti yang dikatakan oleh Asma, "Kita tidak bisa menghindari takdir yang Allah berikan tetapi bisa memilih cara bagaimana menghadapinya".

Kalau Anda jadi Asma, mau pilih siapa? Dewa?  Zhongwen?  Ya sudah baca aja bukunya :)


Post a Comment

3 Comments

  1. ah pengen bacaaaa! asma nadia ini penulis perempuan favorit ulu, waktu SMA sih. waktu langganan majalah Annida. hehehe :D kakaknya juga penulis favorit ulu. aaaahhhkkkk kapan kita ketemuuuuuu, teh efiiiiiii

    ReplyDelete
  2. Hayu, kapan? Kangen ripyu-ipyuan makan-makan deui, nya hehehe... :) Aku paling bisa keluar hari sabtuatau minggu. Mun hari biasa rada hese, katitipan ponakan :D

    ReplyDelete
  3. Kayaknya menarik nih novel, menceritakan sejara Islam di negeri China lewat novel cecintaan, eh maksudnya cara penceritaan ini bisa dicontoh buat penulis lainnya , sejara salah satu tempat di Bandung misalnya :)

    ReplyDelete